Lampiran 1 :
Alat/Bahan/Sumber
Kompetensi Dasar : Mengidentifikasi Peristiwa,
Pelaku dan Perwatakannya, Dialog, dan konflik pada Pementasan Drama
1. Pengertian
Drama
Drama berasal
dari bahasa Yunani “draomai” yang
artinya berbuat, berlaku, bertindak, atau beraksi. Drama adalah karya sastra
dalam bentuk dialog yang dipertontonkan di atas pentas oleh tokoh-tokoh dengan
watak masing-masing.
2. Pengertian
Naskah/Teks Drama
Naskah drama adalah karya fiksi yang
memuat kisah atau lakon. Naskah yang lengkap, terbagi atas babak dan
adegan-adegan.
Pada hakikatnya naskah drama
melakonkan perilaku manusia. Kita dapat memahami watak-watak tokoh di dalamnya,
berikut konflik antartokoh yang ditimbulkan berdasarkan perbedaan watak.
3. Unsur-unsur Pembangun Naskah Drama
Unsur intrinsik
adalah unsur pembangun dari dalam karya sastra, dalam hal ini adalah teks drama. Unsur intrinsik teks drama meliputi:
Tema merupakan gagasan pokok atau ide yang mendasari
pembuatan sebuah drama. Tema drama digambarkan melalui rangkaian peristiwa.
Rangkaian ini menjadi dasar alur cerita, tokoh-tokoh dengan perwatakannya, dan
dialog yang diucapkannya. Tema dalam drama dikembangkan melalui alur,
tokoh-tokoh dengan perwatakan yang memungkinkan konflik, dan dialog. Tema yang
biasa diangkat dalam drama adalah masalah percintaan, kritik sosial,
kemiskinan, kesenjangan sosial, penindasan, ketuhanan, keluarga yang retak,
patriotisme, perikemanusiaan, dan renungan hidup.
b.
Penokohan (pelaku dan perwatakan)
Penokohan atau perwatakan adalah keseluruhan ciri-ciri
jiwa seorang tokoh dalam lakon drama. Seorang tokoh bisa saja berwatak sabar,
ramah, dan suka menolong. Sebaliknya, bisa saja tokoh lain berwatak pemberang,
ringan tangan, dan sangat keji. Karakter ini diciptakan penulis lakon untuk
diwujudkan oleh pemain (aktor) yang memerankan tokoh itu. Agar dapat
mewujudkannya, pemain harus memahami benar karakter yang dikehendaki penulis
lakon drama. Untuk itu, dia perlu menafsirkan, membanding-bandingkan, dan
menyimpulkan watak tokoh yang akan diperankan, lalu mencoba-coba memerankannya.
Hal ini harus dilakukan supaya penampilannya benar-benar seperti tokoh yang
diperankan, tepat seperti tokoh sesungguhnya. Dalam meleburkan diri menjadi
tokoh yang diperankannya pemain dibantu oleh penata rias, penata busana, dan akting.
Misalnya, jika tokoh yang diperankannya orang tua yang sabar, wajahnya dihias
dengan garis- garis hitam yang mengesankan keriput, rambutnya ditebari bedak
hingga tampak memutih. Kalau tokoh itu orang desa yang sederhana, pakaiannya
menyesuaikan, misalnya memakai kemeja agak lusuh, bersarung, bersandal, serta
berkopiah. Gerakannya lambat-lambat dengan posisi badan agak membungkuk.
c.
Dialog
Jalan cerita lakon drama diwujudkan melalui dialog (dan
gerak) yang dilakukan para pemain. Dialog-dialog yang dilakukan harus mendukung
karakter tokoh yang diperankan dan dapat menunjukkan alur lakon drama. Melalui
dialog-dialog antar-pemain inilah penonton dapat mengikuti cerita drama yang
disaksikan. Bahkan bukan hanya itu, melalui dialog itu penonton dapat menangkap
hal-hal yang tersirat di balik dialog para pemain. Oleh karena itu, dialog
harus benar-benar dijiwai oleh para pemain sehingga sanggup menggambarkan
suasana. Dialog juga harus berkembang mengikuti suasana konflik dalam
tahap-tahap alur lakon drama.
d.
Konflik
Konflik dalam pementasan tidak terlepas dari kehadiran
tokoh yang bertentangan satu dengan lainnya. Dalam hal ini, konflik yang hadir
dapat berupa pertentangan tokoh dengan dirinya sendiri, pertentangan dengan
orang lain, bahkan konflik dengan alam sekitar atau pandangan tertentu. Pada
segi pementasan drama, konflik akan lebih jelas terlihat dibandingkan dengan
saat kita membaca naskahnya. Gerakan atau tindakan para tokoh, juga melalui
dialog yang diucapkan dapat membentuk suatu peristiwa. Peristiwa ini berasal
dari hal yang biasa sampai konflik yang memuncak. Hal yang patut diperhatikan
adalah peristiwa konflik tidak terjadi begitu saja. Dalam hal ini, peristiwa
yang satu akan mengakibatkan peristiwa yang lain.
e.
Alur atau plot
Seperti juga bentuk-bentuk sastra lainnya, sebuah cerita
drama harus bergerak dari suatu permulaan, melalui suatu bagian tengah, menuju
bagian akhir. Dalam drama, bagian-bagian alur ini dikenal sebagai eksposisi,
komplikasi, dan resolusi.
1)
Eksposisi
Eksposisi suatu cerita menentukan aksi dalam waktu dan
tempat; memperkenalkan para tokoh; menyatakan
situasi sesuatu cerita.
2)
Komplikasi
Komplikasi atau bagian tengah cerita, mengembangkan konflik. Sang pahlawan atau
pelaku utama menemukan rintangan-rintangan antara dia dan tujuannya, dia
mengalami aneka kesalahpahaman dalam perjuangan untuk menanggulangi
rintangan-rintangan ini.
3)
Resolusi
Resolusi atau denouement hendaklah muncul secara
logis dari apa-apa yang telah mendahuluinya di dalam komplikasi. Titik batas
yang memisahkan komplikasi dan resolusi, biasannya disebut klimaks. Pada
klimaks itulah terjadi perubahan penting mengenai nasib sang tokoh. Kepuasan
para penonton terhadap suatu cerita tergantung pada sesuai-tidaknya perubahan
itu dengan yang mereka harapkan.
f. Latar (setting)
Setting atau tempat
kejadian cerita sering pula disebut latar cerita. Latar/setting adalah bagian yang isinya melukiskan tempat cerita terjadi
dan menjelaskan kapan cerita itu berlaku. Macam-macam latar/setting, diantaranya:
1.
Tempat : di rumah, di sekolah, di
jalan.
2.
Waktu : pagi hari, siang hari,
sore hari.
3.
Suasana : sedih, senang, tegang.
g.
Amanat
Seorang pengarang drama baik sadar atau tidak sadar akan
menyampaikan amanat dalam karyanya. Amanat adalah pesan yang disampaikan
pengarang kepada pembaca atau penonton melalui karyanya. Amanat ditentukan atau
dicari sendiri oleh pembaca atau penonton. Setiap pembaca atau penonton dapat
berbeda-beda dalam menafsirkan amanat. Amanat bersifat subjektif dan umum. Tema
bersifat lugas, objektif, dan khusus. Amanat sebuah drama akan lebih mudah
ditafsirkan jika drama itu dipentaskan. Amanat bermanfaat dalam kehidupan
sehari-hari.
4.
Menyimak Pementasan Drama
Mendengarkan untuk tujuan menganalisis berbeda dengan
mendengar untuk tujuan menghibur diri. Dalam hal ini, Anda harus memilik sikap
kritis, yakni dengan cara memberikan penilaian terhadap baik-buruknya drama itu
berdasarkan unsur-unsur tertentu: gerak-gerik, mimik dan yang lainnya. Adapun
langkah-langkah adalah sebagai berikut.
- Simaklah dengan saksama rekaman drama itu.
- Perhatikan unsur-unsur yang akan Anda kritisi. Biasanya pada peristiwa pelaku perwatakannya, dialog, dan konflik.
- Catatlah hal-hal menarik dalam unsur-unsur itu.
Mengetahui
Guru Pamong,
TJIPTO WALUYO, S.Pd.
NIP 19710824 200701 1 013
|
Pemalang, 10 September 2013
Mahasiswa Praktikan PPL-2,
ARDI SETIYAWAN
NPM 10410022
|
Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.
BalasHapusijin copy
BalasHapusijin copy
BalasHapusMantam ardi
BalasHapusGG
BalasHapusIjin copy
BalasHapus