SELAMAT DATANG DI BLOG ARDI SETIA

Senin, 09 September 2013

PPL-2: Materi Kelas XI (Drama)

Lampiran 1 : Alat/Bahan/Sumber

Kompetensi Dasar    : Mengidentifikasi Peristiwa, Pelaku dan Perwatakannya, Dialog, dan konflik pada Pementasan Drama
1.    Pengertian Drama
Drama berasal dari bahasa Yunani “draomai” yang artinya berbuat, berlaku, bertindak, atau beraksi. Drama adalah karya sastra dalam bentuk dialog yang dipertontonkan di atas pentas oleh tokoh-tokoh dengan watak masing-masing.

2.    Pengertian Naskah/Teks Drama
Naskah drama adalah karya fiksi yang memuat kisah atau lakon. Naskah yang lengkap, terbagi atas babak dan adegan-adegan.
Pada hakikatnya naskah drama melakonkan perilaku manusia. Kita dapat memahami watak-watak tokoh di dalamnya, berikut konflik antartokoh yang ditimbulkan berdasarkan perbedaan watak.

3.    Unsur-unsur Pembangun Naskah Drama
Unsur intrinsik adalah unsur pembangun dari dalam karya sastra, dalam hal ini adalah teks drama. Unsur intrinsik teks drama meliputi:
a.    Tema
Tema merupakan gagasan pokok atau ide yang mendasari pembuatan sebuah drama. Tema drama digambarkan melalui rangkaian peristiwa. Rangkaian ini menjadi dasar alur cerita, tokoh-tokoh dengan perwatakannya, dan dialog yang diucapkannya. Tema dalam drama dikembangkan melalui alur, tokoh-tokoh dengan perwatakan yang memungkinkan konflik, dan dialog. Tema yang biasa diangkat dalam drama adalah masalah percintaan, kritik sosial, kemiskinan, kesenjangan sosial, penindasan, ketuhanan, keluarga yang retak, patriotisme, perikemanusiaan, dan renungan hidup.
b.   Penokohan (pelaku dan perwatakan)
Penokohan atau perwatakan adalah keseluruhan ciri-ciri jiwa seorang tokoh dalam lakon drama. Seorang tokoh bisa saja berwatak sabar, ramah, dan suka menolong. Sebaliknya, bisa saja tokoh lain berwatak pemberang, ringan tangan, dan sangat keji. Karakter ini diciptakan penulis lakon untuk diwujudkan oleh pemain (aktor) yang memerankan tokoh itu. Agar dapat mewujudkannya, pemain harus memahami benar karakter yang dikehendaki penulis lakon drama. Untuk itu, dia perlu menafsirkan, membanding-bandingkan, dan menyimpulkan watak tokoh yang akan diperankan, lalu mencoba-coba memerankannya. Hal ini harus dilakukan supaya penampilannya benar-benar seperti tokoh yang diperankan, tepat seperti tokoh sesungguhnya. Dalam meleburkan diri menjadi tokoh yang diperankannya pemain dibantu oleh penata rias, penata busana, dan akting. Misalnya, jika tokoh yang diperankannya orang tua yang sabar, wajahnya dihias dengan garis- garis hitam yang mengesankan keriput, rambutnya ditebari bedak hingga tampak memutih. Kalau tokoh itu orang desa yang sederhana, pakaiannya menyesuaikan, misalnya memakai kemeja agak lusuh, bersarung, bersandal, serta berkopiah. Gerakannya lambat-lambat dengan posisi badan agak membungkuk.
c.    Dialog
Jalan cerita lakon drama diwujudkan melalui dialog (dan gerak) yang dilakukan para pemain. Dialog-dialog yang dilakukan harus mendukung karakter tokoh yang diperankan dan dapat menunjukkan alur lakon drama. Melalui dialog-dialog antar-pemain inilah penonton dapat mengikuti cerita drama yang disaksikan. Bahkan bukan hanya itu, melalui dialog itu penonton dapat menangkap hal-hal yang tersirat di balik dialog para pemain. Oleh karena itu, dialog harus benar-benar dijiwai oleh para pemain sehingga sanggup menggambarkan suasana. Dialog juga harus berkembang mengikuti suasana konflik dalam tahap-tahap alur lakon drama.
d.   Konflik
Konflik dalam pementasan tidak terlepas dari kehadiran tokoh yang bertentangan satu dengan lainnya. Dalam hal ini, konflik yang hadir dapat berupa pertentangan tokoh dengan dirinya sendiri, pertentangan dengan orang lain, bahkan konflik dengan alam sekitar atau pandangan tertentu. Pada segi pementasan drama, konflik akan lebih jelas terlihat dibandingkan dengan saat kita membaca naskahnya. Gerakan atau tindakan para tokoh, juga melalui dialog yang diucapkan dapat membentuk suatu peristiwa. Peristiwa ini berasal dari hal yang biasa sampai konflik yang memuncak. Hal yang patut diperhatikan adalah peristiwa konflik tidak terjadi begitu saja. Dalam hal ini, peristiwa yang satu akan mengakibatkan peristiwa yang lain.
e.    Alur atau plot
Seperti juga bentuk-bentuk sastra lainnya, sebuah cerita drama harus bergerak dari suatu permulaan, melalui suatu bagian tengah, menuju bagian akhir. Dalam drama, bagian-bagian alur ini dikenal sebagai eksposisi, komplikasi, dan resolusi.
1)   Eksposisi
Eksposisi suatu cerita menentukan aksi dalam waktu dan tempat; memperkenalkan para tokoh;  menyatakan situasi sesuatu cerita.
2)   Komplikasi
Komplikasi atau bagian tengah cerita,  mengembangkan konflik. Sang pahlawan atau pelaku utama menemukan rintangan-rintangan antara dia dan tujuannya, dia mengalami aneka kesalahpahaman dalam perjuangan untuk menanggulangi rintangan-rintangan ini.
3)   Resolusi
Resolusi atau denouement hendaklah muncul secara logis dari apa-apa yang telah mendahuluinya di dalam komplikasi. Titik batas yang memisahkan komplikasi dan resolusi, biasannya disebut klimaks. Pada klimaks itulah terjadi perubahan penting mengenai nasib sang tokoh. Kepuasan para penonton terhadap suatu cerita tergantung pada sesuai-tidaknya perubahan itu dengan yang mereka harapkan.
f.     Latar (setting)
Setting atau tempat kejadian cerita sering pula disebut latar cerita. Latar/setting adalah bagian yang isinya melukiskan tempat cerita terjadi dan menjelaskan kapan cerita itu berlaku. Macam-macam latar/setting, diantaranya:
1.    Tempat : di rumah, di sekolah, di jalan.
2.    Waktu : pagi hari, siang hari, sore hari.
3.    Suasana : sedih, senang, tegang.
g.    Amanat
Seorang pengarang drama baik sadar atau tidak sadar akan menyampaikan amanat dalam karyanya. Amanat adalah pesan yang disampaikan pengarang kepada pembaca atau penonton melalui karyanya. Amanat ditentukan atau dicari sendiri oleh pembaca atau penonton. Setiap pembaca atau penonton dapat berbeda-beda dalam menafsirkan amanat. Amanat bersifat subjektif dan umum. Tema bersifat lugas, objektif, dan khusus. Amanat sebuah drama akan lebih mudah ditafsirkan jika drama itu dipentaskan. Amanat bermanfaat dalam kehidupan sehari-hari.

4.    Menyimak Pementasan Drama
Mendengarkan untuk tujuan menganalisis berbeda dengan mendengar untuk tujuan menghibur diri. Dalam hal ini, Anda harus memilik sikap kritis, yakni dengan cara memberikan penilaian terhadap baik-buruknya drama itu berdasarkan unsur-unsur tertentu: gerak-gerik, mimik dan yang lainnya. Adapun langkah-langkah  adalah sebagai berikut.
  1. Simaklah dengan saksama rekaman drama itu.
  2. Perhatikan unsur-unsur yang akan Anda kritisi. Biasanya pada peristiwa pelaku perwatakannya, dialog, dan konflik.
  3. Catatlah hal-hal menarik dalam unsur-unsur itu.




Mengetahui
Guru Pamong,




TJIPTO WALUYO, S.Pd.
NIP 19710824 200701 1 013

Pemalang, 10 September 2013

Mahasiswa Praktikan PPL-2,




ARDI SETIYAWAN
NPM 10410022

6 komentar:


Printfriendly