SELAMAT DATANG DI BLOG ARDI SETIA

Kamis, 12 September 2013

Apresiasi Sastra: Struktur Fisik dan Batin Puisi

A. Struktur Fisik Puisi
1. Diksi (Pilihan Kata)
Pilihan kata banyak mengunakan kata-kata yang bernada muram, dipantulkan oleh kata-kata: gudang, rumah tua, tiang , temali, kelam, laut, tidur, hilang ombak, ujung dll.

2. Pengimajinasian (Imagery/Pencitraan)
Penggunaan kata-kata yang digambarkan atas bayangan konkret apa yang kita hayati secara langsung melalui pengindraan manusia.
Di antara gudang-gudang, rumah tua , pada cerita
(imaji visual/penglihatan.)

3. Kata Konkret (Penyebab Terjadinya Imaji)
Untuk melukiskan dan menumbuhkan imajinasi dalam daya bayang pembaca, maka penyair mengkonkretkan kata-kata seperti: sepi yang mencekam, kapal tiada berlaut, gerimis mempercepat kelam, kelepak elang menyinggung kelam.

4. Majas (Bahasa Figuratif)
Gaya bahas hiperbola ditemukan pada kalimat ”dari pantai keempat sedu penghabisan bisa terdekap”. Kata ”senja” melambangkan berpisahnya suatu hubungan percintaan. ”perahu tiada berlaut” melambangkan hati yang tiada keceriaan dan kegembiraan karena kehilangan cinta.

5. Verifikasi (Rima, Ritma, Metrum)
Masih mengikuti pola lama. Rima akhir setiap bait (/ta-ta-ut-ut (abab) dan (/ang-ang-ak-ak(aabb), dan pada bait ketiga rima akhir berubah menjadi (abab). Ritma barupa ikatan yang mengikat bait dengan menggunakan keterangan kalimat. Pada bait pertama menggunakan frasa /ini kali/ pada bait kedua menggunakan /gerimis/ pada bait ketiga menggunakan /tiada lagi. Kata pengikat tersebut memunculkan gelombang irama baru.


6. Tipografi (Tata Wajah)
Mengunakan tipografi puisi konvenional dengan dilengkapi enyambemen berupa titik ditengah baris yang menunjukan bahwa gagasan pada suatu baris dalam puisi masih berlanjut pada baris berikutnya.
Gerimis mempercepat kelam. Ada juga kelepak elang menyinggung
muram, desir hari lari berenang.

B. Struktur batin puisi
1. Tema: 

Selengkapnya Download FILE di sini.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar


Printfriendly