SELAMAT DATANG DI BLOG ARDI SETIA

Senin, 09 September 2013

Kapita Selekta Bahasa: Permasalahan dalam Pragmatik

PERMASALAHAN DALAM PRAGMATIK

A.      PENDAHULUAN
  1. Latar Belakang
Bahasa merupakan alat utama dalam komunikasi dan memiliki daya ekspresi dan dan informatif yang besar. Bahasa sangat dibutuhkan oleh manusia karena dengan bahasa manusia bisa menemukan kebutuhan mereka dengan cara berkomunikasi antara satu dengan lainnya. Sebagai anggota masyarakat yang aktif dalam kehidupan sehari-hari, di dalam masyarakat orang sangat bergantung pada penggunaan bahasa. Hal ini sesuai dengan pernyataan bahwa “di mana ada masyarakat di situ ada penggunaan bahasa.” Dengan kata lain, di mana aktivitas terjadi, di situ aktivitas bahasa terjadi pula. Permasalahan yang muncul dalam bidang pragmatik meliputi permasalahan dalam konteks tuturan, sesuai dengan pengertian pragmatik yang mempelajarai mengenai tindak tutur dalam berkomunikasi penggunaan bahasa dan konteks tuturan. Penggunaan bahasa di sini menyangkut fungsi bahasa (language functions).

  1. Rumusan Masalah
1.      Apakah pengertian dari pragmatik ?
2.      Bagaimana perkembangan sejarah pragmatik ?
3.      Apa saja objek kajian pragmatik ?
4.      Apa saja permasalahan dalam pragmatik ?

B.       PEMBAHASAN
1.    Definisi Pragmatik
Definisi pragmatik paling tua dikemukakan oleh Morris (1938) dalam Rustono (1999:1), pencetus pertama bidang kajian ini. Menurut beliau, pragmatik adalah cabang semiotik yang mempelajari relasi tanda dan penafsirannya. Jadi pragmatik merupakan bagian ilmu tanda atau semiotik, kekhususan bidang ini adalah penafsiran atas tanda atau bahasa. Kekhususan bidang ini tidak sama dengan kekhususan bidang sintaksis dan semantik sebagai bagian semiotik lain.
Yule (1996:3) mendefinisikan pragmatik sebagai studi tentang makna yang disampaikan oleh penutur (atau penulis) dan ditafsirkan oleh pendengar (atau pembaca).
Menurut Levinson (1983:9) dalam Rustono (1999:2), ilmu pragmatik ialah kajian dari hubungan antara bahasa dan konteks yang mendasari penjelasan pengertian bahasa”. Di sini, “pengertian/pemahaman bahasa” merujuk kepada fakta bahwa untuk mengerti sesuatu ungkapan/ujaran bahasa diperlukan juga pengetahuan di luar makna kata dan hubungan tata bahasanya, yakni hubungannya dengan konteks pemakaiannya.
Pragmatik sebenarnya merupakan bagian dari ilmu tanda atau semiotics atau semiotika. Pemakaian istilah pragmatik (pragmatics) dipopulerkan oleh seorang filosof bernama Charles Morris (1938), yang mempunyai perhatian besar pada ilmu pengetahuan tentang tanda-tanda, atau semiotik (semiotics).
Leech (1983) dalam Rustono (1999:1-2) juga berpendapat bahwa pragmatik itu kajian komunikasi linguistik menurut prinsip-prinsip percakapan, salah satu prinsip percakapan itu, yaitu prinsip kerjasama. Relevansi pengaitan kajian pragmatik dengan prisnip percakapan ini berupa kenyataan bahwa maksud ekspresi penutur dapat dikendalai oleh prinsip ini. Pelanggaran prinsip percakapan menyebabkan terjadinya perbedaan antara apa yang dikatakan penutur dan apa yang dimaksudkan.

  1. Sejarah Perkembangan Pragmatik
Sampai saat ini, kajian pragmatik sangat dikenal dalam dunia linguistik. Meskipun sebelumnya, di era 70-an banyak para linguis yang memperlakukan diskriminatif terhadap kajian pragmatik ini bahkan hampir tidak pernah membahasnya. Namun pada saat ini, banyak para linguis yang berpandangan bahwa mustahil bagi pemakai bahasa dapat mengerti secara baik sifat-sifat bahasa yang mereka gunakan dalam berkomunikasi tanpa mengerti hakikat pragmatik, yaitu bagaimana bahasa sebagai alat komunikasi dapat digunakan sebagaimana mestinya.
Pragmatik mulai berkembang pada tahun 1971, yang ditandai dengan diterbitkannya Journal of Pragmatics yang memuat persoalan-persoalan pragmatik. Sebuah organisasi bernama IPRA (International Pragmatics Association) didirikan, dan beberapa konferensi tentang masalah pragmatik diselenggarakan.
Disamping itu, terdapat sejumlah motivasi yang menyebabkan berkembangnya teori pragmatik. Salah satu yang paling penting adalah kemungkinan bahwa pragmatik dapat menyebabkan penyederhanaan semantik. Harapan ini didasarkan pada kenyataan bahwa prinsip-prinsip pragmatik penggunaan bahasa dapat lebih memahami makna ujaran yang tidak dapat secara tuntas dapat dipahami dari makna harfiahnya (semantics) saja. Faktor lain yang bersifat substansial adalah adanya kesenjangan antara teori bahasa yang berkenaan dengan pembentukan sejumlah rumus/pola tertentu untuk dapat menghasilkan kalimat-kalimat yang jumlahnya tidak terbatas, orang mungkin berkesimpulan bahwa teori tersebut dapat memberikan pencerahan tentang bagaimana berkomunikasi dengan menggunakan bahasa.
Selanjutnya, menurut Rustono (1999:13) kajian bidang pragmatik di Indonesia dinyatakan masih amat terbatas. Implikatur percakapan sebagai fenomena terpenting di dalam bidang ini baru diteliti beberapa orang. Penelitian yang telah dilakukan itu pun belum memadai sebagai karya pragmatik yang mendalam. 

  1. Permasalahan dalam Pragmatik
Pada uraian sebelumnya telah dikemukakan bahwa pragmatik mengacu pada kajian penggunaan bahasa yang berdasarkan pada konteks. Bidang kajian yang berkenaan dengan hal itu yang kemudian lazim disebut bidang kajian pragmatik adalah tindak tutur, deiksis, praanggapan, dan implikatur percakapan.
3.1.   Tindak Tutur
Selengkapnya download FILE di sini.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar


Printfriendly