C. CIRI-CIRI
DAN KOMPONEN PEMBL. APRESIASI PROSA FIKSI
èWujud karya fiksi, dalam
hal ini Prosa Fiksi (Novel, cerpen, novelet, roman) adalah TOTALITAS dari
sebuah bangunan cerita. Wujud FORMAL bangun cerita itu tidak lain adalah KATA,
(dalam)BAHASA, karena sebelum kata,(dalam)bahasa itu dituturkan atau ditulis,
jelas kita belum bisa menyatakan sebagai karya fiksi atau karya yang lainnya.
Artinya, kata, (dalam) bahasa inilah yang menyebabkan sebuah karya (prosa
fiksi) menjadi berwujud.
èDengan demikian, sebagai
sebuah totalitas, prosa fiksi (baca:novel) mempunyai unsur-unsur atau
bagian-bagian yang saling berkaitan satu dengan yang lain, sehingga ‘kata
(dalam) bahasa ‘ ini selain sebagai wujud formal juga sekaligus sebagai salah
satu UNSUR dari bangunan cerita tersebut.
èUNSUR-UNSUR prosa fiksi dari pandangan TRADISIONAL, STANTON
(1965), dan CHAPTMAN (1980)/STRUKTURAL
C (1). PANDANGAN
TRADISIONAL
è INTRINSIK dan EKSTRINSIK.
Unsur-unsur pembangun sebuah prosa fiksi, yang kemudian
secara bersama membentuk sebuah totalitas, disamping unsur formal bahasa,
secara TRADISIONAL dikelompokkan menjadi unsur Intrinsik dan Ekstrinsik. Kedua
unsur inilah yang oleh para kritikus sering digunakan untuk mengkaji dan atau
membicarakan prosa fiksi atau karya sastra umumnya.
C (1-1)UNSUR INTRINSIK
(1-1a) Unsur Intrinsik adalah unsur-unsur yang membangun
karya sastra itu sendiri.
(1-1b) Unsur Intrinsik adalah unsur yang menyebabkan karya sastra hadir sebagai
karya sastra.
(1-1c) Unsur Intrinsik adalah unsur-unsur yang secara factual
akan dijumpai jika orang membaca karya sastra.
(1-1d) Unsur Intrinsik sebuah prosa fiksi adalah unsur-unsur
yang secara langsung membangun cerita. Kepaduan unsur intrinsik inilah yang
membuat sebuah prosa fiksi berwujud. Unsur-unsur yang dimaksud adalah
alur(plot), tema, penokohan, latar, sudut pandang penceritaan, gaya bahasa,
dll.
èUnsur intrinsik secara
tardisional juga dibagi berdasarkan BENTUK & ISI. Unsur intrinsic yang
digolongkan dalam kelompok BENTUK contohnya adalah alur peristiwa yang linier
dan teknik menampilkan tokoh. Sedangkan unsur intrinsic yang digolongkan dalam
kelompok ISI adalah segenap emosi pada peristiwa dan perwatakan tokoh.
C (1-2) EKSTRINSIK
(1-2a). Sedangkan unsur Ekstrinsik adalah unsur-unsur yang
berada di luar karya sastra, dan yang secara tidak langsung mempengaruhi bangun
cerita karya sastra tersebut. Dengan kata lain;
(1-2b). Unsur
ekstrinsik adalah unsur yang tidak ditemui secara faktual dalam karya sastra
tetapi mempengaruhi bagun cerita karya itu.
(1-2c). Unsur ekstrinsik adalah keadaan subjektifitas
individu pengarang maupun pembaca yang dipengaruhi oleh sikap dan keyakinan
suatu masyarakat maupun pandangan hidup/ideologi bangsa dan negara yang
kesemuanya itu akan mempengruhi karya yang ditulis maupun dibacanya.
(1-2d) Unsur ekstrinsik bisa berwujud biografi dan psikologi
pengarang dan pembaca yang dipengaruhi faktor sosial, budaya, ekonomi,
pendidikan, politik, hukum, agama, ideologi yang mempengaruhi penulisan dan
pembacaan karya sastra.
C (2). PANDANGAN
STANTON
èStanton (1965:11-36) membedakan unsur pembangun
sebuah prosa fiksi (baca:novel) ke dalam tiga bagian; FAKTA, TEMA, dan SARANA CERITA.
C (2-1). FAKTA (FACTS)
dalam sebuah cerita meliputi karakter tokoh, plot/alur, dan latar/setting.
Ketiganya merupakan unsur fiksi yang secara faktual dapat DIBAYANGKAN
peristiwanya, dan eksistensinya. Sehingga hal ini juga bisa disebut sebagai
struktur faktual atau derajat fakta sebuah cerita. Ketiga unsur tersebut harus
dipandang sebagai satu kesatuan dalam rangkaian keselurahan cerita yang tak
dapat dipisahkan satu dengan yang lainnya.
C (2-2). TEMA adalah yang menjadi
dasar cerita. Tema selalu berkaitan dengan berbagai pengalaman kehidupan,
seperti masalah cinta, kasih, rindu, takut, maut, religius, dan sebagainya.
Dalam hal tertentu, sering, tema disinonimkan dengan ide atau tujuan utama
cerita.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar