Penulisan Gelar Akademik dan Keagamaan
Pembaca yang budiman, penulisan
gelar, baik gelar akademik, gelar keagamaan, maupun kebangsawanan, tergolong
produktif. Oleh
sebab itu, dalam pembinaan bahasa Indonesia, penulisan singkatan, baik
singkatan nama, gelar akademik, gelar keagamaan, dan gelar kebangsawanan, tergolong
sering diperbincangkan. Di samping itu, dalam Ejaan Bahasa Indonesia yang
Disempurnakan, tatacara penulisan gelar itu telah dijelaskan secara rinci
dan gamblang. Akan tetapi, dalam kenyataannya, masih banyak masyarakat yang
belum memahami dan menerapkan kaidah ejaan itu secara benar. Akibatnya,
terdapat perbedaan dalam menuliskan gelar yang dimilikinya atau gelar milik
orang lain.
Akhir-akhir ini di tengah-tengah maraknya kegiatan menjelang dan pada pelaksanaan kampanye, pemakaian atau penulisan gelar itu semakin produktif. Hal itu, salah satunya, dipacu dengan tradisi pemuatan foto dan nama calon anggota legislatif, atau DPD, di halaman surat-surat kabar, termasuk pada surat kabar di Kalimantan Timur. Namun, setelah penulis cermati, tidak jarang sebagian penulisan gelar itu menyimpang dari kaidah bahasa Indonesia. Hal itu tidak hanya terdapat dalam pencantuman nama calon, melainkan juga dalam berita-berita yang secara kebetulan memuat nama seseorang lengkap dengan gelar akademik atau gelar keagamaannya. Kenyataan tersebut mendorong penulis untuk mengangkatnya dalam rubrik bina bahasa ini. Pembahasan penulisan gelar itu diharapkan dapat memberikan masukan bagi pembaca agar dapat menuliskan gelar seseorang, termasuk gelar yang dimilikinya sendiri, secara benar. Kebenaran dalam menuliskan gelar tersebut sebagai salah satu indikasi dari sikap positif seseorang terhadap bahasa Indonesia yang telah berjasa mempersatukan bangsa Indonesia demi tercapai kemerdekaan bangsa.
Untuk memberikan gambaran yang transfaran, berikut ini disajikan beberapa contoh kalimat di media massa yang mengandung gelar yang melekat pada nama diri seseorang, baik gelar akademik maupun gelar keagamaan.
Akhir-akhir ini di tengah-tengah maraknya kegiatan menjelang dan pada pelaksanaan kampanye, pemakaian atau penulisan gelar itu semakin produktif. Hal itu, salah satunya, dipacu dengan tradisi pemuatan foto dan nama calon anggota legislatif, atau DPD, di halaman surat-surat kabar, termasuk pada surat kabar di Kalimantan Timur. Namun, setelah penulis cermati, tidak jarang sebagian penulisan gelar itu menyimpang dari kaidah bahasa Indonesia. Hal itu tidak hanya terdapat dalam pencantuman nama calon, melainkan juga dalam berita-berita yang secara kebetulan memuat nama seseorang lengkap dengan gelar akademik atau gelar keagamaannya. Kenyataan tersebut mendorong penulis untuk mengangkatnya dalam rubrik bina bahasa ini. Pembahasan penulisan gelar itu diharapkan dapat memberikan masukan bagi pembaca agar dapat menuliskan gelar seseorang, termasuk gelar yang dimilikinya sendiri, secara benar. Kebenaran dalam menuliskan gelar tersebut sebagai salah satu indikasi dari sikap positif seseorang terhadap bahasa Indonesia yang telah berjasa mempersatukan bangsa Indonesia demi tercapai kemerdekaan bangsa.
Untuk memberikan gambaran yang transfaran, berikut ini disajikan beberapa contoh kalimat di media massa yang mengandung gelar yang melekat pada nama diri seseorang, baik gelar akademik maupun gelar keagamaan.
1. H M Tarmizi Noor yang dikenal sebagai bos kayu di Samarinda termasuk salah satu dari tiga korban yang tenggelam.
2. Di depan hakim Sulistiyanto SH, Yeni mengaku menitipkan dua anaknya.
3. Hal itu disampaikan Bupati Kukar, Drs. H. Syaukani HR MM di sela-sela jalannya simulasi yang berlangsung di lapangan parkir Sekretariat Erau Kukar.
4. Ketua PKS Kukar, HM Ali Hamdi ZA S Ag menyatakan setiap anggota mengemban misi menegakkan panji-panji keadilan.
Jika dicermati, penulisan gelar
akademik dan gelar keagamaan pada keempat kalimat di atas salah. Penulisan gelar yang dimiliki oleh
seseorang terkait dengan kaidah Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan,
khususnya dalah hal pemakaian huruf kapital, tanda titik, dan tanda koma. Di
samping terdapat kesalahan dalam penulisan gelar akademik dan keagamaan, pada
kalimat (3) dan (4) juga terjadi kesalahan dalam penulisan singkatan nama.
Bagaimanakah penulisan singkatan
gelar dan singkatan mana yang semestinya? Dalam kaidah Ejaan Bahasa
Indonesia yang Disempurnakan disebutkan beberapa kaidah yang perlu
dicermati sehubungan dengan penulisan singkatan gelar dan nama diri tersebut. Pertama,
singkatan gelar itu ditulis dengan huruf kapital pada setiap unsurnya dan
diikuti dengan tanda titik. Antara huruf dari singkatan gelar itu dengan titik
tidak ditulis berjarak (maksudnya ditulis rapat, contoh: Haryana, S.S.
atau H.M. Tarmizi). Kedua, singkatan gelar akademik di depan nama
seseorang diikuti dengan tanda titik dan baru diikuti dengan nama diri
seseorang (contoh: Drs. Syaukani). Ketiga, singkatan gelar
akademik di belakang nama diri ditulis dengan huruf kapital dan antara
singkatan gelar dan mana diri itu dipisahkan dengan tanda koma (contoh: Ali
Hamdi, S.Ag.). Kempat, jika singkatan dengan huruf
kapital di depan atau di belakang nama diri itu tidak dipisahkan dengan tanda
baca titik atau koma, hal itu mengacaukan. Pendek kata, singkatan di depan nama
diri atau di belakang nama diiri tanpa dipisahkan dengan tanda titik atau koma
termasuk singkatan nama, bukan singkatan gelar (contoh: Suparja M.S. itu
bisa dipahami Suparja Harta Sanjaya bukan Suparja Magister Sastra
atau gelar akademik yang lain).
Sesuai dengan kaidah Ejaan Bahasa
Indonesia yang Disempurnakan terkait dengan tatacara penulisan singkatan
gelar akademik, gelar keagamaan, dan singkatan nama diri di atas, keempat
kalimat di atas dapat diperbaiki sehingga menjadi kalimat yang apik
dan baku. Sementarta itu, penulisan yang
tepat gelar akademik dan keagamaan pada
judul bahasan ini adalah sebagai berikut
Hendardi, S.H., H.M. Tarmizi Noor, dan Mashuri, M.Si.
Perbaikan keempat kalimat di atas tampak dalam kutipan di bawah ini.
2. Di depan hakim Sulistiyanto, S.H., Yeni mengaku menitipkan dua anaknya.
3. Hal itu disampaikan Bupati Kukar, Drs. H. Syaukani H.R., M.M. di sela-sela jalannya simulasi yang berlangsung di lapangan parkir Sekretariat Erau Kukar.
4. Ketua PKS Kukar, H.M. Ali Hamdi Z.A., S.Ag. menyatakan setiap anggota mengemban misi menegakkan panji-panji keadilan.***
trimakasih buat artikelnya
BalasHapustrimakasih buat artikelnya
BalasHapus